Namaku INDAH
ARMIA SARI. Aku ingin membagikan masa laluku yang menurutku sayang untuk di
lupakan. Cerita ini adalah cerita masa laluku, dimana saat aku masih duduk di
bangku Sekolah Dasar saat ku berusia 8 tahun, tepatnya aku sudah duduk di
bangku SD kelas 2. Aku sengaja menulis cerita ini, karena aku merasa dari kisah
sekolah yang tak mungkin dapat ku lupakan adalah semasa ku duduk di bangku SD.
***
Saat usiaku 7
tahun aku adalah seorang pelajar dari SDN.028995, Tanah Merah, Binjai Selatan.
Sampai akhirnya aku harus pindah sekolah ke SDN.028289, Tandam, Binjai Utara.
Saat berusia sekecil itu aku sudah menyandang istilah keluarga broken home.
Yang dimana ayah dan ibuku telah bercerai dan memiliki banyak masalah, sampai
akhirnya aku harus pindah rumah dan sekolah. Awalnya aku tidak mau untuk pindah
sekolah, karena aku merasa nyaman dan memiliki banyak teman, namun mama
membujukku dengan halus yang akhirnya kami pun pindah rumah dari Binjai
Selatan-Binjai Utara. Sebenarnya jarak antara rumah lama dan rumah baru yang
akan ku tempati nanti tidak begitu jauh. Namun untuk mendapatkan teman-teman
yang sudah banyak ku kenal di tempat tinggal lamaku ini, begitu sulit jika aku
harus mendapatkanya kembali. Tapi bagaimana pun alasanku, tetap saja tak akan
di pertimbangkan lagi oleh mama.
Setelah lelah
membantu mama, kakak, dan abangku merapikan barang-barang perkakas rumah, aku
berpamitan kepada teman-temanku, tetangga, dan guru. Kepergianku pun di iringi
sepucuk surat yang saat itu di berikan oleh kak Wahyu, salah satu kakak
kelasku. Aku segera menerimanya dan mengucapkan salam perpisahan. Di perjalanan
aku tak lagi sempat membaca surat yang
di berikan kak Wahyu. Aku terlelap tidur. Karena nyenyaknya tidurku di
sepanjang perjalanan, aku sampai tak sadar diri, bahwa di saat ku bangun dari
tidurku, aku telah terbangun di atas kasur dan sebuah ruangan yang cukup lebar,
ya ruangan itu pastilah kamar. Batinku. Dengan sedikit kucekan di mata
sipitku, aku mulai mencari sepucuk surat yang tadi masih ku genggam dalam
tanganku. Aku mendapatkanya di meja rias kakak ku. Segera ku membuka lipatan
secarik kertas putih yang mulai lusuh itu.
Asalammua
alaikum wr.wb.
Indah, kami
sangat sedih indah harus pindah dari sini. Tapi kakak harap indah jangan
lupakan kak Wahyu dan teman-teman di sini yah..! Indah juga harus baik-baik di
sana. Surat ini kakak buat agar indah gak akan lupa dengan kami di sini. Kami
sayang banget sama indah. Dari waktu yang banyak kita lalui, kami merasa senang
dapat mengenal seorang indah. Jangan pernah lupakan kami di sini yah.!
Rajin-rajinlah
untuk mengirimkan kabar ke kami. Dan jangan lupa untuk menjadi anak yang baik
dan semoga indah dapat mendapatkan banyak teman di sana, selayaknya seperti
indah di sini. Jangan lupa yah balas surat kakak. Karena selain kakak, teman
yang lain juga berharap untuk selalu tahu kabar indah di sana.
Salam sayang kami selalu
Teman-Temanmu
Membaca surat
itu ada secarik kebahagiaan yang ku dapatkan, karena rasa sayang mereka
kepadaku sangat besar. Jujur saja aku tersenyum-senyum sendiri di kamar yang
masih berantakan itu. Tak lama-lama lagi ku langsung mencari buku dan alat
tulis, aku membalas surat mereka hari itu juga.
Walaikum salam
Wr.Wb.
Kak wahyu. Indah
senang banget dapat surat dari kakak dan temen-temen yang lain. Indah janji
akan selalu berkunjung ke sana jika ada waktu kosong. Indah gak akan lupain
kakak dan temen-temen di sana. Makasih banget kak udah sayang sama indah. Indah
juga sayang sama kalian semua. Kak Wahyu jangan lupain indah yah..! indah pengen kakak sering-sering datang juga
ke sini biar tahu rumah indah di mana.
Nanti kalau
indah kesana lagi, indah mau kak Wahyu sama temen-temen di sana ajak main indah
ya..!!!
Indah sayang kalian semua..
Seperti itulah
balasan surat yang masih ku ingat saat itu. Setelah itu aku berlari mencari
abang untuk memberikan balasan surat ini untuk teman-temanku di sana. Bersyukur
abangku masih ada di dapur. Bang, indah nitip surat untuk kak Wahyu yah..
kataku. Nanti sore abang baru ke sana dek..!jawabnya. gak papah,
nanti kasih aja sama kak Wahyu..pintaku sedikit memohon. Tak banyak
berkata lagi abang langsung mengambil surat yang dari tadi telah ku sodorkan
kepadanya.
Surat menyurat
ini terus kami lakukan sampai aku mendapatkan sekolah baru. Sampai akhirnya
kegiatan ini berhenti saat aku mulai sibuk dengan sekolah baruku. SDN.028289
adalah sekolah baru ku. Aku langsung masuk saat itu di bangku kelas 2 karena
masa liburanku ku habiskan banyak di rumah. Awalnya aku malu untuk datang dan
masuk sendiri di sekolah yang belum ku kenal lingkunganya. Namun, kakak
perempuanku bernama kak Nita menghantarkanku ke sekolah dan masuk ke lokal baru
ku. Awalnya aku sangat malu dan tidak memberanikan diri saat ku berdiri di
depan local tersebut. Tapi, Kepala Sekolah di SD itu sangat baik
menghantarkanku untuk masuk kedalam local.
Perhatian
sebentar untuk kalian. Kita dapat teman baru dari SDN.028995, Binjai Selatan.
Nah coba perkenalkan diri kamu yah? Jangan takut-takut. Kata pak Kepala
Sekolah. Oh iya pak..makasih yah pak. Ucapku. Nama saya INDAH ARMIA
SARI, salam kenal yah. Terangku. Aku gugup sekali saat itu, karena
seluruh isi local tersebut menatapku dengan tatapan serius, terkecuali 2 orang
cowok yang duduk 1 bangku tersenyum-senyum padaku.
Indah, kamu
boleh duduk di depan. Kata bu guru yang belum ku tahu panggilan akrabnya
itu. Waktu belajar pun di mulai. Aku memfokuskan diri untuk belajar dengan
tenang, dan saat istirahat tiba, aku banyak sekali mengenal teman-teman baru.
Yang jelas sekolah hari ini aku senang.
Hari kedua ku
masuk sekolah lebih menyenangkan dari satu hari sebelumnya. Kejadian yang
sangat aku ingat dan tak akan ku lupakan di hari kedua ku bersekolah adalah, di
mana saat waktu pulang sekolah tiba. Aku dan beberapa teman-temanku yang lain
di tugaskan untuk membantu wali kelas membersihkan lemari yang menyimpan
barang-barang bekas. Aku di berikan beberapa tumpukan buku di tanganku untuk ku
bawa ke halaman belakan sekolah dan menyusun buku-buku yang tidak terpakai.
Saat tugasku selesai merapikan gudang sekolah, aku kembali ke lokalku untuk
melanjutkan tugas selanjutnya. Namun, saat ku lihat di depan pintu local telah
berdiri 2 orang cowok yang saat itu belum ku kenal. Mereka adalah teman satu
lokalku juga, namun aku memang tidak banyak mengenal mereka, dan tidak terlalu
mudah akrab dengan orang lain.
Hey anak baru. Sapa
cowok berambut keriting keriting. Ada apa ya? Jawabku. Eh, kita mau
kenalan, boleh gak? Tawar cowok bertubuh pendek. Indahkan lagi sibuk,
nanti aja sepulang sekolah, indah mau bantu ibu guru bersih-bersih local. Alah,
bentar aja, aku Edi, Edi kurniawan. Cowok berambut keriting memperkenalkan
diri. Aku Syawal Azhari, panggil aku Syawal. Lanjut si cowok bertubuh
pendek. Namaku Indah. Udah ya..
Ternyata mereka
berdua tepatnya Edi dan Syawal tidak hanya menginginkan perkenalan saja,
melainkan mereka menawarkan diri untuk menjadi pacarku. Jujur saja saat itu ku
akui aku memang terlihat begitu imut dan manis, karena saat masa-masa itu mama
selalu memujiku. Namun tidak untuk aku yang sekarang. Ehehehe… aku merasa tawaran mereka yang sedikit
memaksa membuatku semakin tidak merasa nyaman di dekat mereka, apa lagi aku
yang berdiri di dinding dekat pintu local merasa terhimpit oleh satu tangan Edi
yang di ulurkan menempel di dinding sebelah kiriku, begitu juga Syawal, dia
melakukan hal yang sama seperti apa yang Edi lakukan, namun dian mengelurkan
tanganya dan menempelkanya ke dinding sebelah kananku. Aku sangat takut kala
itu. Namun aku yang saat itu sangat tidak tahu tentang apa itu pacaran merasa
bertanya-tanya terhadap diriku sendiri, mereka ini bicara tentang pacaran, apa
sih? Batinku. 2 pasang bola mata menatapku dengan lekat. Gugup! Itulah
yang aku rasakan, namun segera aku menunduk dan kabur dari mereka. Dan mereka
berheti tidak menggangguku sampai waktu pulang tiba.
***
Beberapa tahun
kemudian aku sudah duduk di bangku kelas 4 SD. Kejadian tentang pacar-pacaran
itu ternyata tidak hanya ku alami di kelas 2 SD saja, melainkan kelas 4 ini
juga. Saat itu ada beberapa orang siswa yang bersekolah di dekat sekolah ku
juga, namanya Erwin, Teguh, Otong (panggilan akrabnya), Surya, dan ke 2
teman cowok lainya yang belum ku tahu siapa nama mereka. Saat itu local sepi
dan ruang kantor tertutup karena ada rapat guru. Merekaberdiri di depan local
kelasku dengan melirik gerak-gerik ku dari luar. Aku tidak menyadari kehadiran
mereka, karena aku sangat tidak mengenal mereka. Edi dan Syawal keluar local
dan membuka pintu. Aku mendengar Edi dan Syawal memanggil nama lengkapku.
Segera saja aku mendekati mereka dan menjawab datar ada apa?. Ini
teman-teman aku dari sekolah seberang sana tuh. Terang Syawal. Indah gak
ada buat masalah di sekolah sana, kenapa mereka datang ramai-ramai dan cowok
semua lagi yag datang. Pukas ku. Semua terdiam, seisi local melihat
keluar, dan beberapa saat ku lihat beberapa dari mereka mulai bersikut-sikutan
dan menatapku. Aku membalas tatapan mereka dengan penuh tanda Tanya.
Aku Erwin. Cowok
berpakaian rapi mulai memperkenalkan diri dan mengulurkan tangan. Indah. Ku
sambut uluran tangannya dengan bersalaman. Eh..eh..aku Teguh, sikut
cowok sedikit gemuk namun manis. Indah. Sebenarnya kalian ini mau ngapain
sih? Indah jadi bingung? Tanyaku. Tiba-tiba Teguh dan Erwin memberiku
beberapa tangkai bunga. Yang masih ku ingat, Erwin mengulurkan bunga kertas
warna ungu, dan Teguh mengulurkan bunga kertas warna kunung. Lalu Edi dan
Syawal menyuruhku untuk memilih bunga yang mana yang harus aku ambil. Aku ingin
mengambil bunga milik Erwin, namun terhadang, karena Teguh telah menyerahkan
Bunganya terlebih dahulu di tanganku dan dia lari menuruni tangga. Sedangkan
Erwin, ku lihat dia kecewa, namun aku saat itu masih belum mengaerti dengan apa
yang mereka lakukan.
***
Saat aku duduk
di bangku kelas 5 dan 6 aku memiliki teman baru, namanya Didik Yusup, hidungnya
pesek. Dicky Yudha Handika, cowok ganteng yang berpenampilan menarik. Fitri
Andriani, postur tubuhnya terlihat lebih pendek. Rizky Mardiah, cewek Gemuk
yang pintar. Muhammad Irfan Rianto, cowok yang keren dan penyuka basket. Robbi
Suratna, cowok berkulit hitam manis. Salah satu dari mereka yaitu Dicky adalah
yang paling mudah akrab dariku, selama 2 tahun aku selalu dekat denganya.
Bahkan aku juga tak sungkan-sungkan membagi sedikit uang saku yang ku miliki
untuknya, dan berbagi makanan yang ia miliki untukku. Sampai akhirnya di
berpacaran dengan Ellen, cewek anak Kepala Sekolah. Tapi itu semua tidak
menhambat kedekatan aku dengan Dicky. Aku dan Dicky memiliki kepribadian yang
berbeda, namun entah mengapa, jika aku dekat dan bermain bersamanya merasa
nyaman dan tenang. Dicky termasuk cowok yang lumayan usil terhadap teman
lainya, namun saat denganku, ke usilanya membuatku jengkel. Namun tetap saja
aku dan Dicky sangat dekat sampai masa akhir SD ku selesai.
***
Aku dan Dicky
berpisah untuk jenjang SMP, Dicky lebih memilih bersekolah di SMP Negeri, dan
aku memilih SMP Swasta. Saat aku pertama kali masuk jenjang sekolah baru. Aku
bertemu dengan Irfan, teman SD ku juga, namun aku tidak terlalu dekat denganya,
hingga akhirnya di kelas VIII aku dan Irfan satu local di kelas unggulan.
Kebiasaan untuk melakukan sholat ashar bersama selalu kami jalani, hingga
akhirnya aku dekat dan mengenal sisi kepribadian Irfan itu seperti apa. Irfan
termasuk cowok yang cuek. Dan ada satu cewek yang paling dekat dengannya,
namanya Dara Ganis Tantia, sebut saja Ganis. Irfan selalu bercerita tentang
apapun yang dia rasakan an tentang segalanya kepada Ganis. Hingga suatu hari,
Ganis dan beberapa teman yang lain mengajakku untuk berkunjung ke rumah Irfan.
Sebenarnya aku keberatan, karena cuaca saat itu panas terik. Namun, karena
paksaan, aku mengikuti mereka juga. Sesampainya di halaman rumah Irfan, Ganis
mulai mengetuk pintu dan ternyata di dalam rumah Irfan ramai sekali teman-teman
cowok yang pada ngumpul di sana. Bagaimana pun juga aku gak terbiasa dengan
keadaan seperti itu. Aku pamit pulang kepada semuanya, Irfan sempat mencegahku,
namun aku tetap bersihkukuh untuk pulang, ternyata di perjalanan ku pulang
terdengar suara motor, ya itu teman cowok yang dekat denganku, Bangkit namanya.
Dia mengajakku untuk naik motor bersamanya dan dia akan mengantarkan ku pulang.
Beberapa hari
kulihat Irfan sedikit aneh, karena kebiasaan dia yang selalu melirik kearahku
atau kearah teman ku Shela, membuat pertanyaan yang besar di ingatan aku dan
Shela. Shela juga sempat berkata kepadaku dengan kebiasaan Irfan yang selalu
melihat kea rah bangku kami berdua bahwa dia sangat membenci Irfan, dia bilang,
Irfan itu sok kecakepan, sok keren. Dan setelah aku pikir-pikir dian termasuk
cowok yang ganteng, dan memang bergaya paling menonjol dengan kerapian dari
pada siswa yang lainya, namun aku mengiyakan saja apa yang Shela ucapkan.
Di kelas IX aku
tidak lagi satu local dengan Irfan, namun hari-hari yang ku jalani masih lah
seperti biasa. Sampai suatu hari aku mendengar berita buruk tentang keadaan
Irfan dari beberapa temanku bahwa Irfan sedang sakit, dan di rawat di rumah
sakit yang belum pada tahu tepatnya Irfan di rawat di rumah sakit mana.
Mendengar kabar itu aku mulai sedikit was-was dengan keadaan Irfan, Karena
Irfan terlihat baik-baik saja, namun tentang absensi, Irfan jarang sekali
hadir.
Satu bulan
kemudian Irfan datang ke sekolah yang saat itu ku lihat dengan benar-benar tak
menyangka semua itu harus ku lihat. Irfan datang dengan ke adaan yang masih
sangat terlihat tidak sehat, berat badan yang menurun drastic, ia terlihat
kurus, dan bahkan mendekati (aku tak sanggup ceritakan), kepalanya tidak
lagi di tumbuhi sehelai rambut, dan Irfan bagaikan manusia yang sangat menjauhi
kata SEHAT sangat-sangat menjauhi kata itu! Aku menatap Irfan dengan penuh
pertanyaan dan semangat! Yang ku lihat dari seorang Irfan adalah seorang
pelajar yang gigih mencari ilmu, walaupun dia dalam keadaan yang tak
memungkinkan lagi untuk berpikir. Irfan terus menjalani aktivitas sekolah
dengan keadaan yang memburuk, apalagi saat aku mendengar Irfan yang sedang
sakit parah itu masuk di kelas fisika dan tidak menyempatkan diri untuk
mengerjakan tugas rumah. Ia dapat hukuman dari guru fisika dan satu cubitan
keras meluncur ke perut Irfan yang tak lagi berlemak yang hanya tersisahkan
tulang. Spontan saja Irfan merasakan rasa sakit yang sangat-sangat sakit. Dan
yang aku dengarkan dari salah satu temanku Irfan menangis kesakitan. Hatiku
menangis meradang mendengar kabar yang di sampaikan oleh temanku itu. Namun apa
yang dapat ku lakuakan, ternyata Irfan sudah tiada di local IX.3 lagi. hanya
doa yang dapat ku lakukan untuknya.
2 minggu
kemudian saat aku ingin mengantarkan sepupu pulang, aku menyempatkan diri untuk
datang ke rumah Irfan. Dan saat ku masuki halaman rumah Irfan aku sangat-sangat
terkejut dengan apa yang ku lihat, ke adaan Irfan semakin melemah, namun dia
masih mampu berjalan dengan langkah yang lunglai. Aku sempat khawatir dengan
ayunan langkah kaki Irfan namun, Irfan meyakinkanku bahwa dia bisa!.
Saat Irfan
mempersilahkan aku untuk duduk, aku sangat kembali di kejutkan oleh suara Irfan
yang terdengar seperti alien(makhluk luar angkasa). Sontak aku sangat
tidak menyangkakan hal itu dapat di alami oleh Irfan, ku mulai menanyakan
keadaannya dan lagi-lagi Irfan meyakinkanku bahwa dia baik-baik saja. Miris
sekali hati ku melihat keadaan Irfan yang saat itu ada di hadapanku. Aku mulai
menatap kondisi tubuh Irfan dengan lekat. Dan Irfan mengalihkan pandanganku
dengan menawarkan minuman. Aku menolaknya, karena aku tak ingin Irfan terlihat
repot dengan kedatanganku. Ku alihkan suasana ruangan di rumah Irfan dengan
sedikit lelucon. Ternyata selain Indah kurus, masih ada lagi ya yang lebih
kurus.ehehe..ledek ku kepada Irfan. Irfan hanya tertawa, aku senang
senyuman yang tersirat di bibirnya, karena itulah yang ku harapkan. Irfan dapat
tertawa atau tersenyum di saat di sangat-sangat tidak mungkin untuk tersenyum
maupun tertawa lepas. Aku mulai berpamit pulang karena waktu yang sudah
merangkak sore. Ku jabat tangan Irfan mungkin jabatan tangan itu dapat
menguatkan Irfan, karena ia masih memiliki teman yang menyayanginya.
Selang 3 hari
kemudian ku dengar Irfan masuk rumah sakit dan di larikan di rumah sakit Aceh.
Aku hanya mampu berdoa untuk kesembuhan Irfan, hingga saat 1 minggu Irfan di
rawat di rumah sakit Aceh. Tepatnya hari jum’at maghrib di bulan februari 2010
Irfan meghembuskan nafas terakhirnya dan meninggalkan segalanya di dunia ini.
Aku mendapatkan pesan singkat dari temanku bahwa Irfan telah meninggal dunia,
di sabtu malam saat adzan maghrib tiba. Segera ku melaksanakan sholat maghrib
dengan derai tangis yang tak bisa ku hentikan. Aku menyempatkan untuk
mengirimkan doa Yassin untuk Irfan sembari tangisku terus mengalir. Hingga
selesai ku mengirimkan doa dan menyelesaikan sholatku, ku mendapatkan telpon
dari temanku. Bahwa sabtu mala mini ada perkumpulan menunggu jenazah Irfan
sampai di rumah duka. Aku segera bergegas mengganti bajuku dengan pakaian
berjubah dengan kerudung.
Selang beberapa
menit kemudian temanku datang untuk menjemputku. Aku berangkat dengan wajah
sembab dan mata bengkak, namun aku tak mengkhawatirkan itu, melainkan aku
khawatir dengan dengan perasaan yang menyelimuti segalanya untuk Irfan. Irfan
dan Irfan yang selalu ku pikirkan di sepanjang perjalanan. Tepat pukul 20.00
aku sampai di rumah duka. Dan ternyata jenazah irfan belum sampai juga,
menunggau dan terus menunggu. Hanya itu yang dapat ku lakukan untuk setia
menunggu jenazah Irfan datang.
Silir waktu
bergulir banyak teman yang mulai berpamitan untuk pulang, hanya aku, Arief
Subari, Dara Ganis Tantia, Puja Antika, Uka Pratama, Danu Firmansyah, Wahyu
Kurnia, dan Robbi Handoko. Ya. Kami masih setia menunggu jenazah Irfan datang.
Pukul 01.15 senarai bunyi ambulance terdengar. Aku teman-teman yang lain
segera menunggu jenazah di dalam rumah. Saat itu walaupun telah larut malam di
halaman rumah dan seisi ruangan rumah Irfan masih banyak sekali orang-orang
yang mengisi ruangan demi ruangan tersebut. Sampai akhirnya jenazah Irfan di
tidurkan di kasur yang telah di hiasi untuk istirahat tubuh Irfan yang nantinya
akan di pindahkan lagi di peristirahatan terakhir.
Derai tangis,
jeritan, ketidak relaan, bahkan kondisi pingsan menyelimuti rumah duka. Aku
yang melihat wajah Irfan, begitu bangga dan menjadikan sesosok Muhammad Irfan
Rianto sebagai peloporku dalam meraih prestasi di sekolah. Ingin sekali ku
menangis untuk Irfan yang terakhir kalinya sembari melihat wajahnya, namun air
mataku tak dapat mengeluarkan setetes aliran kecil pun.
Esoknya, rumah
duka di padati bayak orang yang bertakziah untuk mengirimkan doa untuk
sesosok Irfan yang sangat berbudi pekerti. Pukul 10.00 WIB jenazah Irfan di
iringi untuk menuju peristirahatan terakhir. Aku dan banyak orang lainya
mengiringi Jenazah Irfan menuju ke liang lahat. Prosesi sunah rasul pun di
laksanakan untuk mengubur jenazah Irfan. Dalam hatiku berkata
semoga Irfan bahagia dengan kehidupan yang
telah di jalani, Irfan..seandainya masih ada tersisa waktu untuk ku mengatakan
perasaanku ini, aku ingin memelukmu dan mengatakan bahwa aku mencintaimu tidak
hanya sebagai sahabat melainkan orang yang berarti dalam hidup mu sampai Irfan
harus meninggalkan Indah untuk selamanya. Irfan Indah sangat menyayangi Irfan,
semoga Indah dapat mengolah semua kehidupan yang telah Irfan jalani menjadi
suatu motivasi untuk diri Indah agar dapat menjadi yang terbaik. Selamat jalan
Irfan.
Setiap bulannya
ku sempatkan diri untuk mengunjungi makam Irfan dan membersihkan makam
tersebut, dan bercerita tentang kehidupanku yang sedang ku jalani. Rutin sekali
ku melakukan hal itu hingga akhirnya aku mulai melalaikan kebiasaanku untuk
menjenguk makam Irfan. Di saat ku mulai mengingat akan Irfan dalam benak ku. Ku
mengirimkan doa untuk Irfan, sampai sekarang ku hendak kelas 3 SMA. Sampai
sekarang ku selalu mengingat Irfan untuk menjadi yang terbaik teman dan yang
tersayang.
I love you Irfan…
This story for you..
Just for you..
you will not forget me..
My friend..my memories..
Alm.
MUHAMMAD IRFAN RIANTO